Awan biru menjadi payung disiang itu. Matahari mulai
meninggi menanda pagi telah berlalu. Dengan hati deg-degan ku tetap berdiri di
barisan yang rapi. Berdiri di tengah akhwat-akhwat yang tak kukenal. Terbagi 2
barisan ikhwan dengan akhwat yang terhijab berapa meter. Yang ku tahu di garis
terdepan shaf akhwat ada mba Dini, senior yang mengajak ku berpanas ria.
Terlihat Mba dini dengan semangat membawa spanduk bertuliskan misi yang tak
kumengerti. Dengan slayer yang menutupi wajahnya, mba Dini berniat menghindari wartawan yang
ingin mendokumentasikan. Ku hanya diam untuk memahami suasana ketika itu. Tatapan
penuh tanya kulempar di jejeran gedung bertingkat yang dihadapanku. Inilah
pertama kali ku injak kaki ditempat itu.
Seorang ikhwan mulai berorasi. Isu yang sedang
hangat menjadi topik. Ku tahu topik itu menjadi terdepan di tayangan berita stasiun
tv swasta di sepanjang malam. Ku tetap menyimak meski tak paham apa yang
dikatakannya. Tetesan – tetesan keringat mulai memenuhi wajahku, ku hanya
menyapunya dengan tisu yang telah kusediakan dari awal. Ku berharap segera
usai. Terlihat ibu baruh baya hanya tersenyum melihat kelakuan kami atau 2
siswi SMA dengan sinisnya menatap spanduk-spanduk yang tertampang jelas
dipinggir jalan. Ku terus menunduk, menahan malu. Apa yang telah kulakukan di hari
itu?