Hari itu air mata bunda tumpah ruah membasahi
pipinya..ingin rasanya memeluk bunda dalam dekapan cintaku...tapi ku tak mampu
bergerak dari bilik jendela kamarku..oh ayah begitu kejamnya dirimu, melukai
wanita terpenting dalam hidupku...
2 tahun telah berlalu...ayah dengan teganya meninggalkan ku bersama
bunda dan adik manis ku...ketika itu usia ku baru menginjak 17tahun..bahagianya
menjadi remaja tak kurasakan...jalan hidupku berubah 360 derajat...dengan sedikit
keahlian,ku berusaha membanting tulang demi sesuap nasi untuk bunda dan adik
yang berbeda 5 tahun dengan ku.
Bunda pun yang terlihat semakin tua pun tak mau berdiam diri...sudah
ribuan rayuan maut ku ungkapkan agar bunda tak perlu bekerja keras. Ku masih
sanggup menghidupi kehidupan sehari-hari keluarga kecilku...adikku “Sherin”
masih duduk dikelas 2 SMP..dengan kepandaiannya, Sherin mampu mendapatkan
beasiswa untuk biaya sekolahnya..ku
hanya mendukung dengan membelikan buku-buku pelajaran yang diperlukannya. Ku
tak ingin dia seperti ku. Tak lulus SMA dan hanya bekerja sebagai buruh pabrik.
Tentang Bunda ku...sebagai buruh cuci dengan penghasilan Rp. 300.000,-
per bulan, ku tak tega melihatnya. Rambut putihnya yang mulai bermunculan tak
menunjukan usia sebenarnya. Ya Rob...ku ingin ringankan beban bunda...
Tanggal 10 desember, ku mendapat
kabar yang tak terduga...Bunda tertabrak mobil ketika melintasi jalan menuju
rumah. Itu adalah Kabar terakhir yang kuterima. Ku berusaha melobi manajer
pabrik untuk meminta ijin hari itu tapi sayang peraturan ketat dengan
konsekuensi dipecat menjadi dilema sendiri...Oh bunda bertahanlah...
Waktu terasa begitu lambat. Ku tak tahan bekerja dengan rasa yang
begitu resah. Ku sangat khawatir. Ya Rob, jagalah Bunda ku....
Ku berlari menyusuri lorong-lorong rumah sakit menuju ruang bunda
dirawat. Tak peduli dengan keadaan sekitar, ku tetap berlari dan berlari..Bunda...
Ku berdiri di ujung tepi lorong ICU..ku
lihat adikku menangis dipelukan Bu Anis, tetangga terbaik yang pernah
kami miliki..terasa berat yang ku rasakan ketika tiap langkahku adalah
pemberitahuan yang menakutkan...mencekam...dag dig dug...detak jantungku
berdenyut kencang...Ya Rob...semoga Bunda ku baik-baik saja...
Yang ku tahu setelah ini....hanya gelap yang kurasa...ku tak sanggup
melihat pelita hidupku membujur kaku dengan darah masih menempel di sekujur
tubuhnya...
..................................................................................................................................................................................................................................................................................
1 tahun berlalu...seorang yang tak ku duga sama sekali berlutut
dihadapan ku...menangis sambil memohon ampun...sungguh kebencianku mengalir
deras di setiap tarikan nafasku...mengapa dia hadir lagi dihadapan ku?? Ku
benci pada mu ayah...
Begitu gampangnya kau memohon
padaku...bertahun-tahun hidup mewah dengan pesona wanita yang tak lebih cantik
dari bunda ku...setelah kau
dicampakkan, kembali menemuiku dan Sherin.
“Kau” ungkapan kata yang
begitu tak sopan yang mampu keluar dari bibirku...panggilan “ayah” untuk mu
wahai pendamping bundaku terasa berat ku ungkapkan...
Jika bunda masih hidup, ku
yakin bunda memaafkan mu wahai ayah...tapi sayang, ku bukan bunda...bunda akan
memarahiku ketika tiap kata yang ku utarakan adalah ungkapan tidak kesopanan ku
pada mu ayah...sungguh,mengapa kau
kembali?
Dalam lautan cintaku...ada
sepenggal hati penuh dendam...tak sangka, tempat itu khusus ku berikan pada
ayah ku..Ku ingin memaafkan mu ayah tapi begitu berat untuk kulakukan...
Sebulan setelah kedatangan ayah...kutemukan buku catatan harian
bunda..Tiap huruf yang tertulis adalah nada-nada cinta bunda untuk ayah...dengan
setengah hati, ku ajak Sherin menemui ayah menuju makam bunda ku...
Bunda....maafkanlah diri ini....yang melukai belahan hati mu....
0 komentar:
Posting Komentar